Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Frau, "Rumah" Leilani Hermiasih bersama Oskar

Kompas.com - 16/12/2015, 15:14 WIB
Yulianus Febriarko

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com -- Frau merupakan sebuah kata dalam bahasa Jerman yang berarti nyonya. Namun, bagi dara dari Yogyakarta bernama Leilani Hermiasih (25), frau bukan sekadar kata dalam bahasa Jerman.

Bagi Lani, frau menyiratkan keperempuanan, kedewasaan, dan kegalakan.

Oleh sebab itu, Lani memilih kata itu untuk menamai "rumah" yang menampung ekspresi dan kreativitasnya dalam bermusik. 

Dalam bermusik, ia menggunakan piano elektrik Roland RD700SX buatan 1990 miliknya. Alat musi itu diberinya nama Oskar.

"Frau sebenarnya bukan nama panggung, namun merupakan nama projek, atau seringkali saya sederhanakan sebagai 'nama band' saya dan Oskar (piano digital saya). Musik yang saya ciptakan dengan basis piano-vokal 'dirumahkan' dalam Frau," tulis Lani dalam wawancara per e-mail dengan Kompas.com, Jumat (11/12/2015).

Kemampuan Lani memainkan tuts-tuts piano bukanlah sesuatu yang terjadi begitu saja secara instan.

Kecintaan putri kedua pasangan Suhirdjan dan Joan Miyo Suyenaga itu kepada piano sudah tumbuh sejak ia duduk di bangku Sekolah Dasar.

Lingkungan keluarga, terutama ayah ibunya, yang banyak memainkan alat musik tradisional gamelan, semakin menumbuhkan jiwa musikal yang kuat dalam dirinya.

"Ayah saya seorang pembuat dan pemain gamelan, sementara Ibu juga banyak main musik dan bermain gamelan juga. Walau begitu, saya diperbolehkan menekuni alat musik apapun. Oleh karena itu, sejak kelas 1 SD, saya les piano klasik. Setelah enam tahun, saya banyak main piano secara otodidak," tulisnya lagi.

Proses panjang Lani, yang lahir di Yogyakarta, 2 Mei 1990, dalam berekspresi dan berkreasi dengan Oskar-nya kemudian melahirkan sejumlah lagu. Sumber inspirasinya dari kehidupan sehari-hari.

Ia mengatakan bahwa inspirasinya dalam membuat lirik lagu bisa datang dari, antara lain, refleksi pribadi, pengalaman orang dekat, dan hasil wawancara informan dalam riset proyek lain.

"Biasanya saya mencoba menelisik apa saja rasa yang tersimpan dalam pengalaman, pemikiran, dan penuturan-penuturan di dalamnya, kemudian mencoba menerjemahkan rasa-rasa itu ke dalam bahasa musikal," jelasnya.

Lulusan SMA Stella Duce 1 Yogyakarta ini mengaku bahwa ia mencipta lagu pertamanya, "Tears of Disappointing Ties", ketika ia masih duduk di bangku kelas 2 SMA.

Hal itu agaknya menjadi pemicu baginya untuk terus membuat lagu-lagu dengan lirik sederhana yang bermakna.

Akhirnya, pada 2010, atas nama Frau ia menelurkan album perdana, Starlit Carousel. Album tersebut yang membuat Frau, sebagai rumah bermusik Lani dengan Oskar-nya, dikenal publik.

"Starlit Carousel lebih merupakan album debut Frau, semacam penanda karakter musik Frau sendiri. Ibu saya yang memberi judul tersebut, karena kata beliau, ritme serta dinamika dalam lagu-lagu di sini terdengar bermain-main dan naik-turun seperti carousel yang diterangi bintang di malam hari," jelasnya lagi.

Album itu berisi enam lagu. Lagu-lagu andalannya adalah "Mesin Penenun Hujan", "Salahku, Sahabatku", dan "Sepasang Kekasih yang Pertama Bercinta di Luar Angkasa".

Album tersebut membuat Frau dikenal publik lebih luas sekaligus menjadikan Frau memperoleh sejumlah pencapaian pada 2010.

Daftar pencapaian itu, antara lain, Lima Album Terbaik Indonesia versi Jakartabeat.net, 15 Album Terbaik Satu Dekade 2000-2010 versi Jakartabeat.net, Top 5 Digital Releases in 2010 versi Jochen dari Aaahh-Records.net, 10 Album Terbaik 2010 versi Trax Magazine, 20 Album Terbaik versi Rolling Stone Indonesia, dan Tokoh Seni 2010 versi Tempo.

Setelah meraih gelar S1 dari Jurusan Antropologi, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada, pada 2012 ia melanjutkan studi S2 di Queen's University, Belfast, Inggris, dan tetap menelurkan karya musik.

Pada 2013, perusahaan rekaman YesNoWave Music merilis album kedua Frau, Happy Coda.

Pada Mei 2015, Frau tampil dalam konser tunggal di Bandung, dan pada akhir Oktober lalu di Yogyakarta.

Lani menyatakan, ia dengan Oskar-nya dalam "rumah" bernama Frau akan terus berlanjut hingga waktu yang tidak dibatasi olehnya.

"Tidak ada target khusus. Saya hanya ingin bisa terus berekspresi lewat medium ini sampai kapan pun," tegasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com