Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Moon Cake Story", Memecahkan Jarak-jarak

Kompas.com - 02/04/2017, 19:44 WIB

Dan jika dia tumbuh berekonomi dengan baik, dia harus mampu menjadikan keluarga-keluarga di sekitarnya memiliki meja makan untuk makan dan belajar bersama. Sebuah pesan sederhana, tetapi bermakna kuat.

Tanpa sungkan, David berinteraksi dengan orang-orang di permukiman kumuh yang pernah menjadi hal paling dekat dengannya pada masa lalu itu.

Kompleksitas kehidupan khas permukiman kumuh dimunculkan melalui sejumlah tokoh yang masing-masing bergulat dengan masalahnya yang pelik.

Ada sosok Sekar, Bimo, Jaka si badut, dan babe yang lucu, tetapi selalu menegaskan bahwa setiap orang, betapa pun kecilnya, punya peran penting dalam kehidupan. Begitu pula sosok sopir setia, Pak Tri (Dedy Sutomo), dan kakak, Linda (Dominique Diyose).

Kedatangan demi kedatangan menjadikan keduanya makin dekat. Baik David maupun Asih seolah menemukan bentuk cinta yang bukan fisik, tetapi cinta yang saling menghidupkan.

David menemukan keindahan hidup yang ada pada ibunya, yaitu tentang daya hidup. Sementara Asih menemukan bahwa tak cuma orang miskin, orang kaya pun punya banyak masalah dalam hidup mereka.

Kisah keduanya terus berlanjut manakala David memberikan cetakan kue bulan lengkap dengan resep milik mendiang sang ibu kepada Asih.

Cetakan dan resep kue bulan itulah yang kemudian menjadi jalan pembuka bagi Asih menatap masa depannya.

Kening berkerut
Moon Cake Story tak hanya menyajikan gambar-gambar indah. Meski mengusung tema toleransi, kisahnya disajikan dengan gaya ringan tanpa membuat kening berkerut meski di bagian-bagian awal banyak adegan yang terasa sebagai kebetulan.  

Sepanjang film, banyak adegan yang mendulang tawa, juga adegan-adegan yang menggabungkan unsur-unsur kuat sebuah film. Kamera, akting para pemain, juga pernyataan tokohnya yang sangat penting.

Misalnya adegan ketika David lupa segala-galanya, terutama saat dia ingin mencuci tangannya, tetapi keliru menuju lubang toilet.

Atau adegan ketika Asih membanting gelas karena dipaksa menerima kenyataan hidup yang menyesakkan.

"Film yang bercerita tentang pertemuan dua manusia dengan latar etnis sosial yang berbeda ini sebetulnya lebih menggambarkan hubungan manusia untuk saling menghidupi dan memberi hidup masing-masing, tanpa ada batasan suku, agama, ataupun strata sosial. Pesannya adalah pentingnya komitmen sosial untuk menumbuhkan toleransi," papar Garin.

Toleransi tanpa komitmen sosial, ujar Garin, tidak akan memecahkan masalah, seperti kepincangan keadilan serta jarak antara si kaya dan si miskin. Dengan begitu, toleransi hanya akan menjadi jargon, sekadar kata-kata.

"Toleransi hanya akan menjadi tembok besar karena timbul jarak besar yang tidak dipecahkan," papar Garin.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com