KOMPAS.com - Sebelum membahas film Silence karya Martin Scorsese, harus disampaikan bahwa film ini mungkin saja tidak cocok untuk semua orang.
Pertama, film ini sangat "sunyi" karena nyaris tak ada ilustrasi musik di sepanjang film berdurasi 161 menit tersebut.
Kedua, film ini dipenuhi dialog-dialog yang mempertanyakan soal doktrin dasar iman Katolik dan seberapa besar iman keagamaan patut diperjuangkan.
Film ini berlatar belakang masa Kakure Kirishitan atau orang-orang Kristen yang bersembunyi di masa Keshogunan Tokugawa di abad ke-17.
Scorcese langsung menyajikan adegan menyengat di awal film ketika sejumlah umat Katolik Jepang disiksa dengan cara disalib.
Penyiksaan itu disaksikan Pastor Cristovao Ferreira (Liam Neeson), imam Jesuit penyebar Katolik di Jepang saat itu.
Penyiksaan itu dimaksudkan agar para umat Katolik Jepang dan Pastor Ferreira bersedia meninggalkan agama mereka agar nyawa mereka diampuni.
Adegan kemudian bergeser ke Makau, tepatnya ke Kolose Santo Paulus di mana dua pastor muda Sebastiao Rodrigues (Andrew Garfield) dan Francisco Grupe (Adam Driver) bertekad menemukan Pastor Ferrerira yang hilang kontak.
Singkat cerita kedua pastor muda itu berangkat ke Jepang dibantu Kichijiro (Yosuke Kubozuka) seorang nelayan pemabuk asal Jepang.
Setibanya di Jepang Pastor Rodrigues dan Garupe ditemukan sekelompok petani pemeluk Katolik yang tetap memeluk agama itu meski diam-diam.
Para petani itu seakan menemukan harapan setelah kedatangan kedua pastor tersebut. Selama beberapa waktu, kedua pastor muda itu melayani ritual keagamaan warga desa.
Satu hari, kepala desa tempat Rodrigues dan Garupe ditampung ditangkap pasukan pemerintah dan dipaksa memberitahukan keberadaan kedua pastor muda itu.
Kepala desa kemudian dibebaskan tetapi diberi waktu tiga hari untuk menyerahkan kedua pastor itu dan meninggalkan agama Katolik.
Singkat cerita, warga desa memilih agar para pastor menyelamatkan diri dan bersedia mengorbankan diri agar kedua imam itu bisa melanjutkan tugasnya di Jepang.
Dialog-dialog iman