Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Stip & Pensil", Gado-gado Komedi Pendidikan

Kompas.com - 23/04/2017, 15:00 WIB

"Seperti judulnya, Stip & Pensil, film ini ingin berbicara tentang bagaimana menghapus kesalahan masa lalu dan menulis kembali perubahan yang baru dengan melakukan suatu kebaikan. Seperti halnya ketika kita ingin maju, berubah, ternyata banyak halangan," kata Ardy.

Titik berat film, menurut dia, adalah persoalan pendidikan.

Representasinya dalam film seperti suasana sekolah di Jakarta yang penuh dengan anak yang melek gawai dan media sosial lalu dikontraskan dengan bocah-bocah pengamen yang tidak mengenal abjad.

Orangtua keempat remaja itu digambarkan sangat kaya. Mereka berempat mengendarai mobil atap terbuka, di tengah siang bolong di Jakarta.

Bahkan, anak-anak SMA itu diberi uang untuk membangun sekolah darurat. Sementara orangtua bocah-bocah itu pemulung.

Penuh
Begitu banyaknya hal yang ingin disampaikan Stip & Pensil dalam durasi 98 menit membuat film ini rasanya penuh dan fokusnya kurang jelas.

Di sekolah, ada topik antiperundungan yang ingin disampaikan, baik secara verbal maupun tersirat.

Dalam beberapa wawancara dengan media, para pemain utama itu menuturkan, mereka juga pernah menjadi korban perundungan ketika sekolah dulu.

Ada lagi soal nilai-nilai sosial, misalnya kejujuran, yang harus ditanamkan sejak dini.

Topik ini mencuat begitu saja saat Aghi dan teman-temannya mengajarkan baca tulis anak-anak itu.

Sayangnya pernyataan itu bertentangan dengan cara mereka membagi-bagikan uang kepada anak-anak agar mereka mau datang ke sekolah darurat.

Walaupun pada akhirnya, mereka menyadari cara itu salah setelah salah satu teman sekolah mereka mengunggah video di Youtube tentang aksi tersebut dan mereka mendapat cibiran teman-teman lainnya.

Ada juga topik kesenjangan sosial masyarakat perkotaan, yang jelas tergambar dalam perbedaan antara dunia para remaja dan bocah-bocah pengamen.

Uang demikian mudah diperoleh remaja kaya, sementara bocah kecil dan orangtuanya harus kerja keras demi mendapatkan uang.

Muncul pula topik yang dinilai politis oleh sebagian besar penonton. Saat adegan penertiban kampung kumuh kolong jembatan oleh aparat dan pemindahan mereka ke rumah susun.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com