Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"SUCI 7" Lebih Matang

Kompas.com - 14/05/2017, 15:47 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com -- Performa finalis "Stand Up Comedy Indonesia Season 7" Kompas TV menunjukkan kematangan signifikan. Para finalis mampu menunjukkan strategi meskipun baru memasuki 10 besar.

Ini seolah menjadi pematah anggapan bahwa acara sejenis "stand up comedy" ini stagnan dan mengalami titik jenuh.

Pada show 9 besar di Balai Sarbini, Kamis (11/5/2017), kematangan itu terlihat jelas. Ini, antara lain, muncul dalam bentuk konsistensi persona setiap finalis.

Baca juga: Stand Up Comedy Indonesia 7 Berbeda dari 6 Musim Sebelumnya

Coki Anwar tetap dengan persona sebagai pria seram atau cool yang pantang tersenyum atau tertawa di panggung.

Didi Sunardi semakin kukuh dengan persona sebagai kuli bangunan, dan Mamad Alkatiri yang menggunakan persona orang Papua.

Kematangan itu bukan saja pada taraf penulisan materi. Saat tampil pun mereka dapat mengantarkan materi itu secara natural, penuh percaya diri, dan bahkan improvisasi sehingga seluruh guyonan itu begitu hidup.

Mereka tidak lagi menghafal, tetapi meresapi setiap bit dalam materi komedinya. Dus, menyaksikan mereka seperti melihat orang bercerita.

Baca juga: Indro Warkop Ingin Semua Komika Bisa Menulis

Jika ditilik dari sesi audisi atau pada show pertama, show 10 besar dan 9 besar menunjukkan perkembangan yang amat maju.

Misalnya, Coki yang di awal show cenderung wadaw (istilah juri SUCI 7, Pandji Pragiwaksono, untuk menyebut guyonan yang tidak lucu), di show 10 besar dan 9 besar mampu tampil lebih menghibur dengan materi komedinya yang kadang absurd itu.

Kemampuan Coki antara lain dalam membangun logika absurd tadi secara bertumpuk. Simaklah ketika dia bercerita tentang film.

Dia pernah menonton film drama Korea, yang sepanjang film dia menangis termehek-mehek.

"Ini adalah film paling sedih yang pernah saya tonton. Karena subtitle film itu pakai tulisan tangan. Tulisan tangan dokter. Dokter Thailand."

Di setiap akhir kalimat, tawa penonton pecah, yang lalu dipertebal lagi tawa itu oleh kalimat berikutnya.

Bangunan absurd yang terdiri atas subtitle film menggunakan tulisan tangan dokter Thailand itu menghadirkan visualisasi di benak penonton dan kemudian melahirkan tawa.

Cara berkomedi yang mirip dengan itu digunakan Mamad Alkatiri yang asli Papua.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau