JAKARTA, KOMPAS.com -- Jalan bermusik gitaris Ridho Hafiedz (43) terkesan mulus-mulus saja.
Ridho bermain gitar sejak berumur tujuh tahun, belajar musik di Musicians Institute, Hollywood, California, AS, dan melahirkan sejumlah karya, termasuk selama 20 tahun bersama band Slank.
Baca juga: Ridho: Masa Kejayaan Slank Saat Mereka Lepas dari Narkoba
Namun, tak banyak yang tahu bahwa orangtua Ridho pernah menentang minat anaknya itu untuk menekuni bidang musik semasa SMA.
"Saya pernah mau ujian, terus saya masih belajar gitar. Tiba-tiba ayah saya buka pintu, saya lagi main gitar, beliau bilang, 'Kamu kalau enggak stop main gitar, saya bakar gitar itu!'," kenang Ridho tentang pengalaman masa SMA-nya itu.
Ridho menyampaikan pengalamannya tersebut di hadapan puluhan pemusik jalanan yang hadir dalam acara Uji Gelar Pentas Ekspresi di Kemendikbud, Jakarta Selatan, pada Senin (5/6/2017).
Baca juga: Ridho Slank: Musisi Jalanan Bukan Preman Berkedok Pengamen
Ridho mengatakan bahwa ia mulai berminat akan musik pada usia lima atau enam tahun. Alat musik pertama yang ia mainkan adalah piano. Baru setahun kemudian Ridho mencoba belajar gitar.
Orangtua Ridho awalnya tak keberatan ia belajar main musik. Buktinya, Ridho dibolehkan nge-band ketika SMP.
Pada masa SMA, ia bertambah serius bermusik. Namun, orangtuanya malah tak mendukungnya.
"Tapi, belum 100 persen disetujui orangtua. Jadi, sampai SMA ibu bapak saya enggak men-support. Justru kakak saya yang men-support," ujar Ridho.
Ketika selepas SMA ia mendaftarkan diri untuk mendalami musik di Musicians Institute, Hollywood, ayahnya menolak keras.
"Lulus SMA saya udah apply di Musicians Institute di Hollywood dan keterima. Tapi, karena tidak disetujui, ya akhirnya saya ikut kata orangtua. Akhirnya, saya memutuskan kuliah empat tahun di Institut Bisnis Indonesia. Tapi, akhirnya gagal, empat tahun sia-sia," ceritanya.
Baca juga: Usai Lebaran, Ridho Slank Bakal Bagi-bagi Ilmu Gratis Lagi
Melihat Ridho tak kunjung lulus kuliah, orangtuanya akhirnya bertanya apa yang sebenarnya ia inginkan.
"Bapak saya akhirnya bertanya ke saya, 'Ridho kamu tuh mau ngapain?' 'Saya pengin main musik. Saya mau sekolah Hollywood.' Akhirnya, tahun 1995, orangtua saya membolehkan saya sekolah musik di Musicians institute di Hollywood dan saya lulus," ceritanya lagi.
"Begitu dibolehkan sekolah di luar negeri, itu adalah jasa yang paling tinggi buat saya. Karena, setelah saya pulang, alhamdulillah semua pekerjaan saya di musik berjalan lancar. Musik buat saya sudah jadi bagian hidup," tuturnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.