KOMPAS.com -- Dengan memadukan lagu nasional dengan musik elektronik dan gamelan, seorang pemuda yang lahir di Trawas, Mojokerto, Jawa Timur, ingin membuat anak muda lebih mencintai Indonesia dan menjadikan Indonesia lebih dikenal di mata dunia.
Awwalur Rizqi Al-Firori, pemuda berusia 23 tahun yang biasa dipanggil Alffy Rev, ingin menduniakan Indonesia melalui musik.
"Saya ingin menduniakan Indonesia dengan karya saya, bagaimana caranya agar Indonesia bisa dipandang berkelas di mata dunia," kata Alffy ketika dijumpai BBC Indonesia di studionya di Tangerang.
"Saya ingin lagu nasional Indonesia masuk ke playlist anak muda karena nilai-nilai kebangsaannya yang luar biasa, saya ingin lagu nasional bisa sejajar dengan musik-musik barat," kata Alffy.
Dia ingin anak-anak muda lebih menghargai lagu-lagu nasional.
Baca juga: Gita Gutawa Lestarikan Lagu Nasional
Caranya, menurut dia, adalah dengan membuat musik lagu-lagu nasional Indonesia relevan dengan musik zaman sekarang.
Dia memasukkan elektronic dance music (EDM) dan unsur musik tradisional ke dalam lagu-lagu nasional, antara lain "Rayuan Pulau Kelapa" dan "Tanah Air".
"Saya pilih musik EDM yang sedang in saat ini dan agar beat-nya sejajar dengan musik barat. Lirik dan lain-lain tidak ada yang berubah, hanya ditambah gamelan agar ada unsur tradisionalnya sekaligus menjaga kesakralannya," tuturnya.
Baca juga: Lagu Nasional dan Keprihatinan Ridho Slank
Selain gamelan, unsur musik lain dari sejumlah suku bangsa di Indonesia, misalnya Bali dan Batak, juga ia masukkan.
Dia menjelaskan bahwa pada dasarnya semua alat musik tradisional bisa dikolaborasikan dengan EDM, bergantung pada cara membangun harmoninya.
Menurut dia, anak muda zaman sekarang kurang optimistis dengan budaya sendiri.
"Jadi, saya memikirkan bagaimana caranya budaya Indonesia bisa lestari secara senang hati. Makanya, saya menggabungkan gamelan dengan EDM agar lebih mudah didengarkan dengan senang hati," ujarnya.
Tujuan utama Alffy Rev adalah membuat generasi milenial bangga dan mendengarkan lagu nasional dengan senang, bukan hanya ketika ada momentum saja.
Menurut dia, strategi ini cukup berhasil menarik perhatian anak-anak muda. Buktinya, videonya dilihat jutaan kali, termasuk video lagu "Tanah Air", yang telah dilihat setidaknya hingga 14 juta kali.
Alffy merupakan pemilik kanal Youtube dengan lebih dari 600.000 pengikut, dengan video yang telah diputar berjuta-juta kali. Instagram-nya juga diikuti oleh lebih 460.000 orang.
Dia menyebut dirinya sebagai produser musik, sinematografer, dan, di atas semua itu, dia ingin disebut sebagai pemimpi.
"Dan, saya senang banget karena lagu itu bisa masuk ke anak-anak zaman sekarang, bisa didengerin di mobil, enggak cuma didengarkan saat Agustusan (peringatan Hari Proklamasi Kemerdekaan RI)," katanya.
Baca juga: Doctor & The Professor Masukkan Lagu Nasional ke Album Perdana
Hal itu menurut dia menjadi bukti bahwa anak muda akan lebih menyadari kualitas lagu Indonesia jika dikemas dengan baik.
Selain mengaransemen musik Indonesia, dia juga selalu menyertakan video untuk setiap karya musiknya.
"Saya shooting-nya ribet ke gunung, ke pantai, karena saya ingin mengenalkan rumah kita, Indonesia. Saya ingin menunjukkan bahwa Indonesia layak mendunia dengan kekayaan alamnya yang luar biasa," ucap Alffy.
Dia menceritakan kesulitannya ketika memproduksi video lagu cover Asian Games 2018 di puncak Gunung Penanggungan, Jawa Timur.
Krunya berjumlah 50 orang dengan membawa gamelan yang dipanggul naik gunung. Selama tiga hari mereka berkemah di gunung. Lokasi shooting di alam membuat biaya produksi membengkak.
"Biayanya mahal. Tapi, saya tidak suka menabung. Lebih baik berproduksi semaksimal mungkin, uang habis tidak masalah, karena itu juga investasi untuk mempersembahkan karya terbaik," tuturnya.
Awalnya, Alffy Rev membuat saja aransemen ulang lagu-lagu yang sedang populer dan membawakannya dengan caranya sendiri.
Salah satu lagu yang dibawakannya, cover lagu "Akad" dari Payung Teduh, telah dilihat hingga 17 juta kali di YouTube.
Ide untuk fokus mengaransemen lagu nasional dan lagu daerah justru muncul ketika dia sedang berada di London, Inggris.
Ketika itu dia diundang oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk tampil dalam festival Indonesia di kota tersebut. Ketika itu dia belum serius mengaransemen ulang, tetapi pertunjukan musiknya selalu dibuka dengan lagu "Indonesia Pusaka".
"Dari sana saya sudah tidak ingin lagi go international. Saya inginnya Indonesia yang mendunia," katanya.
Alffy Rev belajar bermain gitar sejak di sekolah dasar dan melanjutkannya dengan pendidikan formal di jurusan musik sebuah sekolah menengah di Surabaya.
Ia sempat melanjutkan pendidikannya di sekolah tinggi multimedia, tetapi tak selesai.
"Semester tiga, saya harus memilih antara bayar kuliah atau beli launchpad, ya sudah (membeli launchpad)," ujarnya.
Launchpad mengubah kehidupannya. Dia merasa yakin bisa hidup sebagai pemusik setelah mengenal alat tersebut.
Alat itulah yang menurut dia bisa membiayai dirinya dan timnya yang terdiri dari lima orang videografer.
Baca juga: Syaharani Pernah Dibilang Tidak Keren karena Nyanyikan Lagu Daerah
Perjalanannya tak melulu mulus. Aransemen lagu "Indonesia Raya" yang dibuatnya sempat menimbulkan kontroversi.
"Ketika mendapat komentar negatif, saya ingin membuktikan bahwa karya saya berikutnya akan jauh lebih besar. Seperti ketika 'Indonesia Raya' ada pro kontra, tapi itu hak mereka untuk berkomentar," katanya.
"Saya ingin jadi manusia idealis seutuhnya dan ingin benar-benar berkarya dengan idealisme," lanjutnya.
Baca juga: Kikan Eks Cokelat: Ide Nyanyi Lagu Daerah Sudah Muncul di Kepala Saya
Kerja keras Alffy Rev mengangkat lagu-lagu nasional membawa musiknya ke maskapai penerbangan Garuda Indonesia.
Sekarang dia sedang mengerjakan aransemen 12 lagu, yang terdiri dari delapan lagu nasional dan empat lagu daerah, untuk diputar selama penerbangan pesawat Garuda Indonesia.
"Saat ini yang sudah diputar 'Bagimu Negeri' dan 'Rayuan Pulau Kelapa', semuanya dengan unsur EDM dan lagu tradisional," ujarnya.
Dia juga sedang menulis buku, yang kemudian dia ingin jadikan film layar lebar.
"Saya ingin sekali bikin film layar lebar, tapi saya sutradarai sendiri, jadi sedang belajar ke arah itu," ucapnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.