JAKARTA, KOMPAS.com - Grup band yang bermarkas di Potlot, Slank, baru saja menelurkan album terbaru "Slanking Forever".
Album studio ke-23 ini dibuat Slank sebagai fase klimaks atau paripurna dari tetralogi album Slank. Album "Slanking Forever" menjadi pelengkap dari rangkaian album sebelumnya, yakni "Slankissme" (2005), "I Slank U" (2012), dan "NgeSlank Rame Rame" (2015).
Berikut rangkuman fakta-fakta dari "Slanking Forever".
1. Slank abadi selamanya
Album ini semakin menunjukan eksistensi Slank sebagai band yang telah berdiri sejak 26 Desember 1983.
Hal itu pun ditegaskan oleh Bimbim selaku drummer.
"Slank selalu ada quote di setiap album. Slanking Forever itu intinya abadi selamanya," ujar Bimbim di kawasan Gunawarman, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (22/8/2019).
Baca juga: Slanking Forever, Fase Klimaks Grup Band Slank
2. Pilih Lokananta
Slank memilih studio rekaman bersejarah Lokananta di Solo, Jawa Tengah, sebagai tempat untuk merampungkan album Slanking Forever.
Menurut Kaka, Slank harus merasakan bagaimana pengalaman merampungkan karyanya di perusahaan rekaman musik (label) pertama dan satu-satunya milik negara, yang didirikan pada 29 Oktober 1956 tersebut.
Selain itu, kata Kaka, hal tersebut merupakan salah satu cara Slank untuk menghidupkan kembali geliat Lokananta yang mulai meredup.
Hal senada juga dilontarkan oleh Bimbim, ia ingin langkah Slank merampungkan album di Lokananta bisa membuat perusahaan rekaman yang sudah banyak menjadi saksi sejarah bisa bergairah kembali.
Baca juga: Hilangkan Jenuh, Slank Pilih Lokananta Rampungkan Album Slanking Forever
3. Ingin Ajak Jokowi Tengok Lokananta
Sebagai komitmen, Slank ingin mengajak Presiden Jokowi untuk bersama-sama menengok Lokananta yang kebetulan berada di kampung halaman Presiden Jokowi.
Nantinya, momen itu juga akan dimanfaatkan Slank untuk me-relaunch album Slanking Forever.