Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
A Kurniawan Ulung
Dosen

Dosen program studi Hubungan Internasional di Universitas Satya Negara Indonesia

Menikmati K-Drama dan Memahami Diplomasi Budaya Korea Selatan

Kompas.com - 20/03/2021, 20:17 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SETELAH menanti selama lebih dari 20 purnama, penggemar drama Korea atau K-Drama di Indonesia akhirnya tahu siapa tambatan hati Kim Jo-jo (diperankan oleh Kim So-hyun), tokoh utama dalam drama televisi Love Alarm 2 yang tayang pada 12 Maret.

Cinta segitiga antara Kim Jo-jo, Hwang Sun-oh (Song Kang), dan Lee Hye-yeong (Jung Ga-ram) dalam Love Alarm 2 mengingatkan saya akan cinta segitiga antara Doel (Rano Karno), Sarah (Cornelia Agatha), dan Zaenab (Maudy Koesnaedy) dalam drama Si Doel Anak Sekolahan.

Jika seandainya memiliki aplikasi deteksi cinta Love Alarm, Doel mungkin akan memilih meninggalkan Zaenab demi mempertahankan pernikahannya dengan Sarah.

Baca juga: Sinopsis Drakor Love Alarm 2, Siap Tayang 12 Maret di Netflix

Tidak seperti Si Doel Anak Sekolahan, Love Alarm 2 mengajak kita menyaksikan kegigihan tokoh utama perempuan dalam meraih kemerdekaan ekonomi dan kesetaraan gender di tengah sistem yang patriarkal.

Meskipun masih dipandang sebelah mata oleh sejumlah pihak di Indonesia, K-Drama telah digunakan oleh pemerintah Korea Selatan sebagi instrumen diplomasi budaya selama lebih dari dua dasawarsa untuk memperluas pengaruhnya di Tanah Air dan mempererat hubungan persahabatan bilateralnya dengan Indonesia.

Sejarah K-Drama

Seperti Si Doel Anak Sekolahan, Love Alarm 2 juga membelah penonton menjadi dua kubu: pendukung Sun-oh dan pendukung Hye-yeong. Meskipun pilihan Kim Jo-jo mengecewakan salah satu kubu, drama produksi Netflix ini tetap disukai pecinta K-Drama di Indonesia di masa pagebluk Covid-19 ini.

Poster film Si Doel The Movie 2 (2019). Tayang di Netflix.Falcon Pictures Poster film Si Doel The Movie 2 (2019). Tayang di Netflix.

Setelah pandemi Covid-19 muncul, jumlah penonton K-Drama di Indonesia dan jumlah durasi menonton K-Drama justru meningkat. Bagi sebagian masyarakat yang memiliki privilese bekerja dari rumah, K-Drama menjadi pilihan untuk mengusir kejenuhan dan memanfaatkan waktu luang.

Baca juga: Sinopsis Si Doel The Movie 2, Kebimbangan Hati Zaenab, Tayang di Netflix

Menurut hasil survei Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pada 16 Agustus 2020, sebanyak 91,1 persen dari 924 responden di 28 kota di Indonesia mengaku menonton K-drama selama pandemi, meningkat dari 87,8 persen sebelum masa pandemi.

Menurut survei LIPI, rata-rata waktu yang digunakan untuk menonton drama Korea juga meningkat dari 2,7 jam per hari sebelum pandemi menjadi 4,6 jam per hari semasa pandemi.

Di Indonesia, drama televisi Korea mulai menarik perhatian masyarakat pada tahun 2002 setelah stasiun TV menayangkan Autumn in My Heart yang dibintangi oleh Song Hye-kyo dan Winter Sonata yang dibintangi oleh Choi Ji-woo.

Untuk menjadi populer seperti saat ini, K-Drama menempuh perjalanan panjang sejak tahun 1962.

Backstreet of Seoul merupakan drama TV pertama di Korea Selatan. Pada saat itu, TV merupakan barang langka dan drama serial merupakan alat politik untuk membendung komunisme.

Perubahan mulai muncul pada era 1970-an: drama TV perlahan-lahan mulai menjadi acara hiburan keluarga seiring bertambah banyaknya keluarga yang memiliki TV.

Salah satu judul yang populer pada masa itu ialah Susa Banjang, yang bercerita tentang kemiskinan dan masalah-masalah yang mengitarinya, seperti penculikan, pembunuhan, dan penggunaan obat terlarang.

K-Drama terus berkembang dan selalu menawarkan tema-tema baru, mulai dari cerita tentang kisah asmara seperti Love and Ambition yang populer pada tahun 1980-an, hingga cerita tentang sejarah masa kolonial seperti Eyes of Dawn yang populer pada tahun 1990-an.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com