Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari "Goa", Pepeng Menginspirasi Banyak Orang

Kompas.com - 07/05/2015, 11:51 WIB

Catatan Kaki Jodhi Yudono

Pepeng memang sudah pergi kemarin. Dia membawa serta amal ibadahnya, sebab cuma itulah yang bisa dia bawa untuk menjumpai Tuhannya. Tapi bagi kami yang ditinggalkan, Pepeng tetap bersama kami dengan segenap semangatnya, kelucuannya, dan juga keluhuran hatinya.

Mengenal Pepeng adalah mengenal sebuah pribadi indah yang tak gampang dilupakan. Pribadi kuat yang mampu mengalahkan keterbatasan-keterbatasannya sendiri.

Catatan ini hanyalah penggalan-penggalan peristiwa dari saya dan beberapa teman yang pernah mengenalnya. Sebuah catatan kecil yang mungkin bisa melengkapi catatan panjang dari kawan-kawan lainnya yang senantiasa menyayangi Pepeng dan tetap menjaga kenangan indah meski Pepeng telah meninggalkan kita semua kemarin, Rabu (6/5) pukul 10.00 WIB di Rumah Sakit Puri Cinere, Depok, Jawa Barat. Komedian sekaligus presenter bernama asli Ferrasta Soebardi itu meninggal karena komplikasi penyakit.

Pernah pada suatu siang di awal bulan November 2006, saya melunasi janji saya kepada Pepeng untuk menghibur beliau di rumahnya di wilayah Cinere. Saya datang bersama kawan saya, Irul, Ati Kamil, dan Erwin.

Menghibur Pepeng adalah bagian komitmen saya dalam bermusik, seperti yang saya lakukan kepada kawan-kawan lainnya yang sedang sakit, hingga kini. Itulah sebabnya, saya membawa gitar, sementara Irul membawa biola, sementara dua kawan saya lainnya memberikan dukungan kepada saya dan Irul maupun kepada Pepeng.

Kami datang siang ke rumahnya di kawasan Cinere, Depok, Jawa Barat. Dia tertawa senang saat kami masuk. "Silakan masuk, silakan masuk," kata Pepeng.

Sebelum saya bernyanyi menghiburnya, kami terlibat obrolan yang hangat tentang apa saja, dari yang ringan hingga yang berat. Dari soal warna dagingnya yang berubah menjadi biru saat dirinya stres, hingga berubah merah segar saat dirinya bergembira. Pepeng bercerita, ada luka di bokongnya lantaran kebanyakan duduk.

Di saat lain, dia menuturkan betapa kamar yang telah menjadi istananya itu sudah dikunjungi oleh ratusan orang dari berbagai penjuru Nusantara. Di kamar yang disebutnya "Goa" itu pun secara lirih Pepeng bilang ke kami, bahwa dirinya seperti sedang "dejavu". "Saya seperti pernah mengalami peristiwa serupa ini, ada seseorang yang memainkan biola di dekat ranjang saya," ujar Pepeng menerawang.

Sebelum lebih dalam larut dalam situasi gaib itu, saya pun langsung mengajak Irul untuk menyanyikan lagu yang memberinya semangat hidup. Judulnya, "Lelaki yang Teguh". Pepeng bertepuk tangan saat saya mengakhiri nyanyian itu. (https://www.youtube.com/watch?v=Bw4uFG_DvnA)

Begitulah, dari menit ke menit saya dan kawan-kawan bercanda dan bernyanyi, berharap Pepeng mendapatkan kegembiraan di siang itu. Begitulah, dari waktu le waktu, kami pun mendapat pelajaran berharga, betapa dari "Goa" tempatnya tinggal, Pepeng mampu mengerjakan hal-hal besar. Dalam keadaan sakit pun, Pepeng masih terus berjuang dan berhasil menyelesaikan studi S2 nya di Universitas Indonesia bidang psikologi dengan nilai sangat memuaskan (A).

Dari tempat tidurnya, Pepeng juga menjalankan beberapa bisnis online di bidang penjualan domain. Dia juga menjadi penggagas gerakan sosial pendidikan Indonesia, sebuah gerakan yang peduli terhadap pembangunan sekolah-sekolah yang roboh. Selain aktif menulis artikel, Pepeng saat ini juga sedang mempersiapkan sebuah buku yang diberi judul ‘Di Balik Jari-Jari’. Buku ini menurut Pepeng lebih diposisikan sebagai buku motivasi bagi para pembacanya.

Untuk mengobati rasa rindu para penggemarnya, Pepeng kembali aktif di layar kaca lewat acara ‘Ketemu Pepeng’ yang ditayangkan salah satu televisi swasta. Dalam acara talkshow inspiratif ini, setiap tamu yang hadir menceritakan perjuangan, semangat hidup serta suka duka yang dialaminya dan Pepeng menjadi teman bicara yang menarik sambil melontarkan lelucon yang ringan namun tetap berisi.

Semenjak sakit, Rumah Pepeng setiap hari selalu dikunjungi oleh banyak orang. Namun kunjungan mereka bukan untuk menaruh rasa iba, tapi justru menimba ilmu hidup dari Pepeng. Di kamar tidurnya itu, Pepeng selalu menerima tamu-tamunya. Dia tak pernah menolak siapa saja yang ingin bertandang ke rumahnya.

Tiap kali berbicara, Pepeng sejatinya dihujani rasa sakit. Tapi, karena guyonan segar dan sapaan hangatnya, lawan bicara sering kali lupa bahwa Pepeng sedang sakit. Pepeng justru mampu menebar semangat hidup.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com