Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Noktah Kecil Film Indonesia di Cannes

Kompas.com - 05/06/2016, 19:11 WIB

"Mungkin kami akan pilih co-producer dari Perancis, dan berharap film ini lolos dalam kompetisi utama Cannes nanti," kata Willawati.

Melihat pengalaman di Perancis, Willawati berencana membuka gerai sendiri di Cannes untuk makin dalam memasuki perhelatan film kelas dunia.

Sutradara Joko Anwar juga berhasil membawa proyek film Remarkable Things During A Killing dalam forum Paris Co-Production Village yang hadir di Cannes.

Meski forum ini baru berdiri tiga tahun, mereka memberi kesempatan kepada insan film dunia bekerja sama dengan para penyandang dana dari Perancis.

"Tahun ini Paris Co-Production Village memilih 12 insan film dari seluruh dunia untuk nanti ketemu di Paris bulan Juni. Kita akan bicarakan kelanjutan proyeknya," kata Joko, salah satu delegasi Indonesia di Festival Film Cannes.

Menurut Joko Anwar, ajang sebesar Cannes bukan sesuatu yang tunggal. Di dalamnya banyak agenda yang bisa diikuti insan film Indonesia.

Perolehan dukungan dana dari luar untuk proyek film tidak didapat begitu saja. Semua harus dilakukan dengan aplikasi dan membangun jaringan internasional. Menurut Joko, pekerja film Indonesia kurang berkumpul.

"Sekarang sudah ada asosiasi, tetapi jarang kumpul dan ngobrol. Ngobrol penting untuk membangun jaringan agar jangan selalu bertumpu pada investor dalam negeri," kata Joko.

Patut dicatat pula, keberhasilan film animasi produksi MSV Pictures, Battle of Surabaya, memperoleh distributor untuk wilayah Timur Tengah, Amerika Latin, dan India.

"Ini bisa terjadi di Cannes," kata Executive Producer MSV Pictures M Suyanto.

Kehadiran Indonesia di Cannes, menurut Ketua Bidang Festival Luar Negeri Badan Perfilman Indonesia (BPI) Robby Ertanto, perlu konsisten.

"Semua negara ada di sini. Pasti bukan buat tujuan komersial. Tetapi, negara membawa film-film terbaiknya ke ajang dunia. Kalau bisa buat market screening," kata Robby di Cannes.

Kebijakan-kebijakan yang diambil di dalam negeri menyangkut perfilman, kata Robby, bisa disosialisasikan pada perhelatan dunia seperti Cannes.

"Untuk itu kita memang harus bikin forumnya, bisa buka gerai lalu mengundang para produser, distributor, buyers film asing. Intinya membangun networking sangat penting," kata Robby.

Kholid Fathoni mengakui negara seperti Malaysia lebih "maju" dalam kebijakan mendatangkan investor asing di bidang film.

Ia berharap kebijakan seperti pengeluaran film dari DNI (daftar negatif investasi) bisa disosialisasikan dalam ajang-ajang film internasional di kemudian hari.

Pada sisi lain Joko Anwar melihat, masalah terbesar Indonesia bukan hanya kemampuan membangun jaringan internasional, tetapi lebih-lebih pendidikan.

"Kalau bisa, di beberapa universitas penting, ada jurusan film," kata Joko.

Tetapi, hal itu program jangka panjang. Hal paling cepat yang bisa dilakukan untuk mengejar ketinggalan kereta itu, "Datangkan guru-guru berkaliber internasional untuk melatih para insan film kita. Kebutuhan mendesaknya, cari penulis skenario yang bagus," katanya.

Prenjak sudah membuktikan dengan kemenangan. Artinya, Indonesia punya kesempatan baik untuk memasuki "pergaulan" film di tingkat dunia.

--------

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 5 Juni 2016, di halaman 1 dengan judul "Noktah Kecil Film Indonesia di Cannes".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com