Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Critical Eleven": Rentang Emosi Adinia Wirasti dan Reza Rahadian

Kompas.com - 16/05/2017, 16:50 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com -- Critical Eleven termasuk film dengan rentang emosi yang sangat luas. Mulai dari emosi ekstrem bahagia sampai ekstrem sedih mendekati depresi.

Di situlah kesulitan seorang aktor ataupun aktris dalam memerankan tokoh dalam film.

Reza Rahadian dan Adinia Wirasti terbilang sukses merentang emosi yang demikian lebar itu.

Baca juga: Formula Baru ala Reza Rahadian-Adinia Wirasti untuk Critical Eleven

Sampai dengan setengah film, emosi yang dibangun adalah kebahagiaan. Terutama ketika Ale (Reza Rahadian) dan Anya (Adinia Wirasti) menikmati masa-masa bulan madu dan pindah ke Amerika Serikat.

Ketika bertemu dan menikah, kehidupan mereka berubah total.

Anya seorang perempuan pintar, berwawasan luas, cantik, anggun, mandiri, yang bekerja sebagai konsultan sehingga sebagian besar hidupnya habis di jalan, lebih tepatnya di bandara dan pesawat.

Baca juga: Adinia Wirasti, Critical Eleven, dan Kesulitan Berlapis-lapis

Adapun Reza seorang pria mapan, sedikit pemberontak, insinyur perminyakan yang kerjanya juga melanglang buana dari satu tempat pengeboran ke tempat pengeboran lain.

Menikah dengan Anya membuatnya memiliki tempat pulang yang sesungguhnya. Inilah masa-masa bahagia itu yang tersaji indah hingga hampir setengah film.

Drama mulai muncul ketika harapan pengantin muda ini kandas. Muncul kecenderungan menyalahkan diri sekaligus menyalahkan orang lain. Sedih, marah, haru, dingin, hambar tergambar dengan bagus pada sisa film.

Jika hanya mengandalkan dialog, emosi itu tidak begitu terwakili meskipun muncul dialog dengan nada tinggi.

Baca juga: Critical Eleven Bikin Reza Rahadian Terbawa Perasaan

Emosi justru terbangun lewat gambar-gambar close up dan big close up. Tak kurang dari 40 persen film berisi gambar close up dan big close up ini.

Dengan teknik ini, semua detail wajah Ale ataupun Anya terpampang jelas. Sampai terlihat jelas enam tahi lalat di wajah Adinia, terutama di kelopak bawah mata kanan dan dahi.

Bahkan, seolah penonton dapat menghitung jumlah brewok Ale.

Bukan itu tentu saja yang ingin disampaikan sutradara Monty Tiwa.

"Pemilihan shot memang penting. Apabila kita memilih shot yang salah, emosi yang diinginkan tidak akan sampai ke penonton. Di banyak adegan, kami membutuhkan jenis shot yang membuat Ale dan Anya terasa personal, bagi satu sama lain dan bagi penonton kami," kata Monty.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com