JAKARTA, KOMPAS.com -- Critical Eleven termasuk film dengan rentang emosi yang sangat luas. Mulai dari emosi ekstrem bahagia sampai ekstrem sedih mendekati depresi.
Di situlah kesulitan seorang aktor ataupun aktris dalam memerankan tokoh dalam film.
Reza Rahadian dan Adinia Wirasti terbilang sukses merentang emosi yang demikian lebar itu.
Baca juga: Formula Baru ala Reza Rahadian-Adinia Wirasti untuk Critical Eleven
Sampai dengan setengah film, emosi yang dibangun adalah kebahagiaan. Terutama ketika Ale (Reza Rahadian) dan Anya (Adinia Wirasti) menikmati masa-masa bulan madu dan pindah ke Amerika Serikat.
Ketika bertemu dan menikah, kehidupan mereka berubah total.
Anya seorang perempuan pintar, berwawasan luas, cantik, anggun, mandiri, yang bekerja sebagai konsultan sehingga sebagian besar hidupnya habis di jalan, lebih tepatnya di bandara dan pesawat.
Baca juga: Adinia Wirasti, Critical Eleven, dan Kesulitan Berlapis-lapis
Adapun Reza seorang pria mapan, sedikit pemberontak, insinyur perminyakan yang kerjanya juga melanglang buana dari satu tempat pengeboran ke tempat pengeboran lain.
Menikah dengan Anya membuatnya memiliki tempat pulang yang sesungguhnya. Inilah masa-masa bahagia itu yang tersaji indah hingga hampir setengah film.
Drama mulai muncul ketika harapan pengantin muda ini kandas. Muncul kecenderungan menyalahkan diri sekaligus menyalahkan orang lain. Sedih, marah, haru, dingin, hambar tergambar dengan bagus pada sisa film.
Jika hanya mengandalkan dialog, emosi itu tidak begitu terwakili meskipun muncul dialog dengan nada tinggi.
Baca juga: Critical Eleven Bikin Reza Rahadian Terbawa Perasaan
Emosi justru terbangun lewat gambar-gambar close up dan big close up. Tak kurang dari 40 persen film berisi gambar close up dan big close up ini.
Dengan teknik ini, semua detail wajah Ale ataupun Anya terpampang jelas. Sampai terlihat jelas enam tahi lalat di wajah Adinia, terutama di kelopak bawah mata kanan dan dahi.
Bahkan, seolah penonton dapat menghitung jumlah brewok Ale.
Bukan itu tentu saja yang ingin disampaikan sutradara Monty Tiwa.
"Pemilihan shot memang penting. Apabila kita memilih shot yang salah, emosi yang diinginkan tidak akan sampai ke penonton. Di banyak adegan, kami membutuhkan jenis shot yang membuat Ale dan Anya terasa personal, bagi satu sama lain dan bagi penonton kami," kata Monty.
Monty dibantu sinematografer Yudi Datau sengaja menggunakan kamera Alexa Mini dan lensa bukaan lebar (1,9-4) untuk menghasilkan gambar close up.
Gambar-gambar close up dengan bukaan besar menghasilkan gambar dengan ruang tajam yang tipis sehingga fokus penonton lebih terjaga pada detail yang tajam tadi.
Ini kerap digunakan ketika Ale dan Anya berdialog, baik ketika bahagia, marah, maupun sedih. Lewat ekspresi wajah masing-masing, emosi itu terbangun.
Film ini diangkat dari novel dengan judul sama karya Ika Natassa. Ika juga terlibat dalam produksi film mulai tahap penulisan skenario, casting, penambahan dan pengurangan adegan, sampai final cut.
Baca juga: Ika Natassa Beri Syarat agar Critical Eleven Bisa Dijadikan Film
Ika memuji Reza dan Adinia dalam menghidupkan Ale dan Anya, yang menurutnya melebihi ekspektasi.
Film ini merupakan pertemuan kedua Reza dan Adinia setelah tahun 2011 main bareng dalam Jakarta Maghrib.
Sejak awal, Ika yakin pasangan ini mampu menghidupkan novelnya secara bagus. Ika semakin yakin saat Adinia menjalani screen test, proses penjajakan akting calon pemain film.
"Dia bisa menginterpretasikan satu emosi dalam enam cara. Gila banget," kata Ika.
Baca juga: Ika Natassa Ingin Menyampaikan Emosi Lewat Film Critical Eleven
Pemilihan Reza sebagai aktor karena memang dia sudah teruji kemampuan aktingnya. Bagi Monty, sangat jarang aktor Indonesia dengan kemampuan akting setingkat Reza.
Banyak pesohor
Critical Eleven yang diproduksi Starvision Plus dan Legacy Pictures ini dibintangi banyak aktor dan aktris terkenal.
Mereka, antara lain, adalah Astrid Tiar, Hamish Daud, Slamet Rahardjo Djarot, Widyawati Sophiaan, dan Revalina S Temat. Pemilihan itu didasari bahwa kemampuan akting mereka sudah matang.
"Faktor kedua yang pasti tentu adalah dari sisi marketing. Dengan nama-nama yang sudah dikenal, akan lebih mudah menarik penonton," kata Monty.
Daya tarik lain dalam film ini adalah meruahnya adegan ciuman. Setidaknya ada delapan adegan ciuman. Adegan itu tampak natural dan menguatkan emosi masing-masing tokoh dalam film.
Baca juga: Keintiman Reza Rahadian dengan Adinia Wirasti Mengalir Begitu Saja
Robert Ronny, co-director sekaligus sahabat Monty, pernah berpesan kepada Monty bahwa jangan takut untuk menghadirkan keintiman yang natural dan nyata layaknya pasangan muda yang sedang dimabuk asmara.
"Ha-ha-ha... dan saya setuju dengan pendapat Ronny," kata Monty mengungkapkan alasan dia menghadirkan adegan-adegan ciuman itu. (MOHAMMAD HILMI FAIQ)
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 14 Mei 2017, di halaman 25 dengan judul "Rentang Emosi Adinia dan Reza".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.