DENPASAR, KOMPAS.com--Setelah menggelar softlaunching di Paideia Café, Yogjakarta, Senin 14 Agustus 2017, kini tiga sahabat pengarang: Noorca M. Massardi (63), Rayni N. Massardi (60), dan Jodhi Yudono (54) menggelar peluncuran buku mereka di Bentara Budaya Bali (BBB), Jumat (25/08).
Tiga Buku dari tiga pengarang ini diterbitkan oleh penerbit yang sama, yakni Kaki Langit Kencana, diluncurkan juga secara bersamaan. Kehadiran buku tiga sahabat ini sekaligus menandai persahabatan tiga penulis yang telah terjalin puluhan tahun serta capaian terkini karya-karya mereka.
Rencananya, ketiga pengarang itu akan keliling ke beberapa kota, dalam acara Bincang & Berbagi, yang mereka namakan “NRJ Tour 2017 : 3 Books 3.” NRJ adalah singkatan dari Noorca, Rayni, dan Jodhi. Dan ketiga buku mereka adalah kumpulan puisi dalam format haiku “Hai Aku” (karya Noorca M. Massardi), kumpulan cerpen grafis (graphics short-stories) “Daun Itu Mati” (Rayni N. Massardi), dan novel “Paijo & Paijah – The Paijo Family” (Jodhi Yudono).
“Daun Itu Mati” dihadirkan berupa Graphics Short Stories, mengisahkan 7 cerita pendek dan 20 “puisi”, di mana seluruh kisahnya memiliki benang merah perihal perjuangan manusia mengatasi ketakberdayaannya di tengah gempuran kekerasan hidup yang datang bergelombang. Hampir semua cerpen bernada gelap, menuturkan renungan terdalam batin manusia yang terpinggirkan. Buku ini dimaknai gambar-gambar atau ilustrasi karya Christian AS
Adapun “Paijo dan Paijah, The Paijo Family”, mengisahkan tentang keluarga urban yang datang dari Surabaya dan mencari penghidupan yang lebih baik di Jakarta. Pergumulan pantang menyerah dari sebuah keluarga kecil; bapak, ibu, dan anak semata wayang mereka.
Sedangkan kumpulan puisi “Hai Aku” adalah karya kedua Noorca Massardi dalam format haiku setelah Hai Aku Sent To You (2017). Yang hadir dalam buku puisi “Hai Aku” Noorca Massardi ini adalah waktu yang bersandar pada hari, mulai dari Senin hingga Minggu. Pilihan hari sebagai penanda “Hai – Aku” Massardi ini tidak semata merujuk pada momen puisi “alit” itu diciptakan, melainkan juga menggambarkan pengalaman sang aku –lirik terkait peristiwa keseharian yang dialami, sekaligus mengajak pembacanya membangun asosiasi –segugusan citraan—cerminan dari penghayatan sang kreator pada kejadian-kejadian terpilih. Buku ini juga diperkaya ilustrasi karya Hwie Janto.
Di Yogja, Jodhi tidak sempat hadir, karena kesibukannya sebagai Ketua Umum Organisasi Ikatan Wartawan Online (IWO). Sehingga, hanya pasangan Noorca dan Rayni yang berbincang santai dengan sejumlah rekan, seniman, mahasiswa, dan pewarta serta pengunjung café. Tidak hanya bercerita dan membacakan petikan karya, pada kesempatan itu juga tampil Christyan AS, ilustrator buku “Daun Itu Mati” yang kebetulan tengah menempuh program S2 Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa di Universitas Gadjahmada. Christyan ikut tampil sebagai pembicara menjelaskan proses dan penafsirannya atas “Daun Itu Mati”, serta menghibur hadirin dengan kemampuannya menyanyi, bergitar, dan berteater.
Acara di BBB juga tak kalah meriah. Selain dialog atau takshow bersama para penulis, ditampilkan pula sebentuk alihkreasi dari buku masing-masing berupa pembacaan karya, pentas teater, pertunjukan musik dan video art.
***
“Daun itu Mati”
(Graphics Short Stories)
“Daun Itu Mati” memuat 7 (tujuh) cerita pendek dan 20 an “puisi." Seluruh kisah itu memiliki benang merah yang sama yakni ihwal kekerasan dan ketidakberdayaan 'manusia' dalam hidup.
Hampir semua cerpen berkisah tentang perjuangan batin dan pikiran manusia yang tercampakkan. Manusia yang selalu terpinggirkan manusia yang ada di antara kita, dan dalam diri kita.
Kisah dan sketsa hidup tentang amarah, sakit hati, pengorbanan, kepedihan. Setiap insan memiliki alasan tersendiri kenapa mereka harus sabar kenapa ada balas dendam atau kenapa ada toleransi.
Semua itu merupakan bagian dari dunia. Bagian dari kita.
Kisah pendek yang 'gelap' ini kan berkolaborasi dengan gambar-gambar dan ilustrasi yang ikut menjadi bagian dari kisah yang terkumpul dalam “Daun Itu Mati.”
***
The Paijo Family adalah sebuah kisah tentang keluarga urban yang datang dari Surabaya dan mencari penghidupan di Jakarta. Sebuah keluarga kecil dengan tiga anggota keluarga: bapak, ibu, dan anak semata wayang.
Bermula dari cinta terlarang, Paijo dan Paijah membangun keluarga yang samawa, hinggga lahirlah Markonah anak mereka. Anak beranak itu menjalani kehidupan di Jakarta yang keras, penuh teror, tapi kadang mengasyikan.
Paijo yang diberi karunia talenta seni, membuatnya dikelilingi oleh beragam godaan. Wajahnya yang tampan, kerap membuatnya kesulitan untuk menghindar dari persoalan asmara.
***
TENTANG PENGARANG
NOORCA M. MASSARDI
Noorca M. Massardi, anak kelima dari dua belas bersaudara, lahir di Subang, Jawa Barat, pada 28 Februari 1954. Pewarta, penulis drama (Bhagawad Gita, Kertanegara, Kuda-Kuda, Jas Buka Iket Blangkon, Perjalanan Kehilangan, Terbit Bulan Tenggelam Bulan, Growong, dan lain-lain), serta skenario film (Sekuntum Duri) ini mengawali kariernya sebagai penulis lakon/aktor/sutradara Teater Lisendra dan anggota Teater Ketjil di Jakarta.
Dikenal sebagai pembawa acara program film, hukum, politik, dan kebudayaan di beberapa stasiun televisi, antara lain RCTI (Cinema-Cinema), TVRI (Forum Dialog), dan JakTV (Komidi Putar), Noorca pernah menjadi pengurus organisasi Karyawan Film dan Televisi (KFT) dan pengurus Gabungan Perusahaan Bioskop Seluruh Indonesia (GPBSI). Ia juga sempat menjadi Ketua Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) dan Juru Bicara Cineplex XXI.
Selain menjadi pemimpin redaksi sejumlah majalah, antara lain MBB Jakarta-Jakarta, Vista FMTV, Forum Keadilan, Hongshui, AND, i-Life-and-Style, wakil pemimpin umum tabloid Prioritas dan Kultur, ia juga pernah menjadi koresponden MBM Tempo di Paris (1976-1981), dan pewarta di harian Kompas.
Lulusan Ecole Superieur de Journalisme (ESJ) Paris, Prancis (1978), ini sudah menerbitkan tujuh novel. Yakni Sekuntum Duri (1978), Mereka Berdua (1982),September (2006),d.I.a. Cinta dan Presiden (2008) --- semuanya pernah dimuat sebagai cerita bersambung di harian Kompas, Media Indonesia, dan Seputar Indonesia -- lalu Straw (2015) dan 180 (2106) --- yang terakhir ini ditulis berdua dengan Mohammed Cevy Abdullah. Novelnya yang terbaru adalah Setelah 17 Tahun (2016).
Kumpulan puisi dalam format haiku berjudul Hai Aku, ini adalah kumpulan puisinya yang kedua, setelah Hai Aku Sent To You (Gramedia Pustaka Utama - 2017), yang juga ditulis dalam format haiku.
Sejak akhir 2013 hingga kini, Noorca bekerja sebagai redaktur eksekutif Kebudayaan ---majalah internal Dirjen Kebudayaan Kemendikbud, dan ikut mempersiapkan televisi digital Indonesia TV sebagai direktur program dan pemberitaan.
***
RAYNI N. MASSARDI
Rayni N. Massardi yang lahir di Brussels, Belgia, pada 29 Mei 1957, ini adalah putri pertama dari pasangan Anwar A. Moein dan Siti Baini. Lulusan Universitas Paris III, Sorbonne Nouvelle, Departement d’Etude et de Recherches Cinematographiques, Paris, Perancis (1981), ini adalah istri dari Noorca M. Massardi, yang karya-karyanya berupa cerpen pernah dimuat di pelbagai koran dan majalah. Antara lain terpilih dalam antologi “Laki-Laki yang Kawin dengan Peri: Kumpulan Cerpen Pilihan Kompas 1995” dan “Riwayat Negeri yang Haru: Kumpulan Cerpen Pilihan Kompas 2006.”
Kumpulan cerpen tunggal karya ibu dari dua anak (Cassandra Massardi & Nakita Massardi) ini adalah: “Istri Model Baru” (1990), “Pembunuh” (2005), “I Don’t Care” (2008), “Awas Kucing Hilang” (2010), dan “Terima Kasih Anakku” (2012).
Ia juga menulis karya nonfiksi, antara lain: “Ngoprek ‘Santai’ Syair Lagu: Dari Taman Langit sampai TakAda yang Abadi” (2010), “Hidup Enggak Enak Itu Enak!” (2007), “1655: Tak Ada “Rahasia” dalam Hidup Saya!” (2005), dan “Inspirasi Mode Indonesia” (2003).
Novel pertamanya “Langit Terbuka” diluncurkan bersama novel karya suaminya “Straw” pada 10 Januari 2015 di Bentara Budaya Bali. Dan, karyanya yang terbaru adalah kumpulan cerpen grafis “Daun Itu Mati” (2017).
https://www.facebook.com/rayni.massardi
IG @raynimassardi
***
JODHI YUDONO
Jodhi Yudono lahir di Cilacap, 16 Mei 1963. Mulai menjalani "kutukan" sebagai penulis sejak SMP saat dirinya menjadi juara menulis tingkat sekolah di SMP N 2 Cilacap. Untuk memenuhi kesenangannya menulis, Jodhi pun banyak menulis puisi dan surat cinta pesanan kawan-kawan sekelasnya.
Mulai aktif menulis di media massa akhir dekade 80an. Karya-karyanya berupa esai, cerpen, cerita bersambung, puisi, dan karya jurnalistik tersebar di berbagai media. Sejak 1990 - 1996 bekerja sebagai wartawan di Tabloid Citra, 1996-2000 di Majalah Jakarta-Jakarta, 2000 - hingga kini di kompas.com.
Buku yang pernah ditulisnya adalah "Mbah Surip We Love You Full", serta beberapa antologi puisi.
***
TENTANG ILUSTRATOR
HWIE JANTO
Hwie Janto, kelahiran Solo, 7 Mei 1960, adalah seorang perupa serba bisa. Kuliah seni lukis di Universitas Sebelas Maret (1982 – 1986), ia pernah menjadi perancang iklan freelance, perancang fashion untuk perusahaan garmen di Jakarta (1992-1994), dan perancang bunga (1995- 1999). Sejak 2000 hingga kini, ia merancang karya-karyanya berbahan dasar logam seperti kuningan, tembaga, aluminium, dan galvanis dalam bentuk lighting art, patung, alam benda, dan lain-lain. Di Studio Talenta Rumah Desain (www.talentarumahdesain.com) miliknya bersama sang istri Muljani (Odilia), ia mengeksplorasi pelbagai kemungkinan karya, yang memadukan kekuatan alam dan kearifan lokal. (e.info@talentarumahdesain.com). Ia membuat ilustrasi untuk dua kumpulan puisi Noorca M. Massardi, Hai Aku Sent To You dan Hai Aku.
***
CHRISTYAN AS
Lahir di Blitar, Jawa Timur, pada 9 Februari 1990, Christyan AS dibesarkan di Denpasar, Bali. Lulusan Pendidikan Seni Rupa dari Universitas Negeri Malang, ini tengah menyelesaikan studi program pascasarjana Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa UGM, sambil berkarya di bidang multidisiplin seni: seni rupa, seni pertunjukan, aktor, menulis lagu, dan lain-lain. Beberapa ilustrasinya antara lain dimuat di buku Kompilasi Puisi 7 Penyair UKM Penulis UM (2013), kumpulan puisi Meditasi Kimchi (2016) karya Tengsoe Tjahjono, kumpulan cerpen Usaha Membunuh Sepi (2016) karya Felix K. Nesi, dan lain-lain.
Sebagai aktor ia pernah memerankan Caligula dalam lakon Caligula (2013) yang disutradarai Romdan Rijal (Ruang Karakter), sebagai Brajanata dalam Pentas Teater Sinema: Suara Hati Angraini (2013) yang disutradarai Karkono Supadi Putra (Lentera Sastra), pementasan “kolaboratif” Metamorphosa – Batik Eksperimental Performing Art (2013) yang disutradarai Arswendi Nasution (Teater Mandiri Jakarta), sebagai Hamlet dalam pementasan Hamlet (2013) yang disutradarai Doni Kuss Indarto (Ruang Karakter), serta monolog Mata Kucing (2015) yang diadaptasi dari cerpen karya Sthiraprana Duarsa dan disutradarai Abu Bakar.
Pada 2017 ini selain membuat ilustrasi untuk kumpulan cerpen Daun itu Mati karya Rayni N. Massardi juga menyiapkan gambar untuk kumpulan cerpen Perempuan Berjudul Merah karya Bahauddin.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.