Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Si Doel The Movie", Kerumitan di Balik Kesederhanaan

Kompas.com - 15/08/2018, 07:00 WIB
Andi Muttya Keteng Pangerang,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com  — "Anak Betawi // Ketinggalan zaman // Katenye...". Demikian sepenggal lirik lagu "Si Doel Anak Betawi" yang sudah tak asing di telinga kebanyakan generasi 1990-an. 

Lagu yang begitu ikonik itu terasa pas ditempatkan sebagai pembuka Si Doel The Movie. Seolah menjadi jembatan nostalgia menuju sinetron Si Doel Anak Sekolahan yang tayang pada 1994 silam. 

Ya, Doel si Anak Betawi yang setiap pekan menemani keseharian penonton televisi pada zaman itu muncul lagi setelah tujuh tahun berlalu. Doel (yang masih diperankan Rano Karno) datang untuk memberi jawaban tentang nasib kisah cintanya yang menggantung sekian tahun.

Tentang Sarah (Cornelia Agatha) yang tak pernah kembali selama 14 tahun, meninggalkan Doel begitu saja. Juga tentang alasan Doel yang tak berusaha mengejar Sarah ke Belanda dan justru menikah dengan Zaenab (Maudy Koesnaedi). 

Cerita percintaan Doel dulunya terhenti di FTV berjudul Si Doel Anak Pinggiran (2011). Di situ, Doel menikah dengan Zaenab yang sudah menjadi janda setelah mengalami keguguran. 

Sebelumnya, pada 2005, Si Doel Anak Gedongan mengisahkan keretakan rumah tangga Doel yang ditinggal Sarah ke Belanda karena sebuah masalah. 

Semua bermula dari Hans (Adam Jagwani) yang tiba-tiba mengundang Doel dan pamannya, Mandra, ke Amsterdam, Belanda. Ia meminta agar Doel membawakan beberapa barang untuk festival budaya Betawi bernama Tong Tong Fair di sana. 

Lalu, berangkatlah Doel ke Negeri Kincir Angin dengan perasaan gundah gulana. Bagaimana tidak, ia akan mendatangi negara di mana Sarah, istri yang belasan tahun meninggalkannya dalam kondisi hamil, menetap.

Bukan hanya Sarah yang ia pikiran, tetapi juga bayi dalam kandungan sang istri yang tak pernah sempat Doel lihat. 

Sementara ratusan kilometer dari Amsterdam, di rumah Doel yang bergaya Betawi di Cinere, ada Zaenab yang menanti kabar Doel dengan perasaan gelisah. Akankah suaminya itu bertemu cinta lamanya di Belanda? 

Namun, jangan berharap mendapatkan sajian gambar-gambar pemandangan kota Amsterdam yang indah nan klasik dalam Si Doel the Movie. Rano yang duduk sebagai sutradara agaknya memilih setia pada kesederhanaan sinetron Si Doel Anak Sekolahan

Sinematografinya tak neko-neko karena memang bukan itu ciri khas si Doel. Kekuatan utama film ini adalah dialog-dialognya yang alami dan organik. Membuat orang-orang yang menontonnya merasa seperti sedang menyaksikan tetangga mereka mengobrol. 

Aminah Cendrakasih yang berperan sebagai Nyak, Suti Karno sebagai Atun, Mandra, Maudy, dan Rano tetap lihai menyuguhkan dialog percakapan sehari-hari yang jauh dari kesan kaku. 

Mungkin hanya Cornelia yang di beberapa adegan terdengar kurang greget mengucap dialog. Namun, ia segera bisa mengatasinya pada adegan-adegan selanjutnya. 

Sekali lagi, sederhana bisa menjadi kata yang cocok untuk menggambarkan Si Doel the Movie. Bukan dari segi sinematografi saja, tetapi semua aspek dalam film ini. Karakter, alur cerita, konflik, dialog, akting, dan lainnya. 

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau