Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Si Doel The Movie", Kerumitan di Balik Kesederhanaan

Kompas.com - 15/08/2018, 07:00 WIB
Andi Muttya Keteng Pangerang,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

Rano tak membutuhkan konflik percintaan yang berlebihan nan dramatis atau akting dan dialog yang picisan. Kisahnya memang rumit, namun balutan dengan sederhana. Membuat penonton tak menyaksikan sebuah film, melainkan seperti melihat kehidupan sehari-hari.  

 
Itulah racikan utama si Doel.

Ada yang hilang

Karena Si Doel the Movie adalah lanjutan lika-liku kisah cinta Doel, maka tentu banyak perbedaan antara layar lebarnya ini dengan sinetron terdahulunya yang memiliki 162 episode. Namun, perbedaan yang paling menonjol adalah hilangnya beberapa karakter ikonik.

Sebut saja tokoh Babe Sabeni yang diperankan Benyamin Suaeb, Engkong Ali yang dimainkan Pak Tile, Karyo dan Munaroh yang masing-masing diperankan Basuki dan Maryati. Semua tokoh itu tak lagi ada.

Benyamin, seperti yang diketahui, meninggal dunia pada 5 September 1995 dalam usia 56 tahun karema serangan jantung. Saat itu ia masih aktif bermain dalam sinetron Si Doel yang sedang di puncak popularitas.

Tiga tahun setelah kepergian sang legenda Betawi itu, Pak Tile mengembuskan napas terakhir. Pada 12 Desember 2007, Basuki meninggal dunia saat bermain futsal dengan teman-temannya. 

Sedangkan absennya Maryati dalam Si Doel the Movie karena peran yang ia mainkan, Munaroh, tak ada dalam naskah. 

Menurut Maryati, ketidakhadirannya dalam film Si Doel The Movie karena fim tersebut fokus menceritakan kisah cinta Doel, Sarah, dan Zaenab.

"Memang di film Si Doel The Movie ini memang tidak ada scene buat saya. Di film ini memang lebih menceritakan kisah cinta Bang Doel dengan Sarah," ujarnya dalam email yang dikirim rumah produksi Falcon Pitures, Rabu (4/7/2018).

"Insha Allah, kalau film Si Doel ini sukses, mudah-mudahan ada lanjutannya. Dan semoga Bang Doel berkenan saya akan main di film lanjutannya," tambah Maryati.

Daya tarik

Tepat sepekan setelah Si Doel the Movie tayang perdana pada 2 Agustus 2018, film produksi Falcon Pictures itu berhasil meraup 1.034.000 penonton. Di beberapa bioskop, di antaranya CGV Green Pramuka dan XXI Taman Ismail Marzuki, orang-orang tampak memenuhi studio yang memutar Si Doel the Movie

Beberapa studio nyaris terisi penuh, hanya tertinggal satu atau dua baris di depan layar. Dari remaja hingga orang tua berbaur di kursi penonton. 

Mengapa mereka berbondong-bondong ke bioskop untuk menyaksikan Si Doel, padahal sudah bertahun-tahun berlalu? Nostalgia, tampaknya kata yang tepat untuk menggambarkan alasannya.

Si Doel pernah mewarnai masa remaja hingga masa tua mereka. Dari 1994 sampai 2006, pemuda Betawi dan problematika hidupnya itu menghiasi layar televisi. Dilanjutkan dengan sebuah FTV lima tahun setelahnya. 

Rasa rindu untuk merasakan kembali sensasi saat menonton sinetron si Doel dulu, kemungkinan menjadi faktor utama yang menggerakkan orang-orang menyaksikan Si Doel the Movie.

Bahkan, menurut Mandra, saat berbincang di redaksi Kompas.com beberapa waktu lalu, banyak yang sudah tak sabar menonton kelanjutan cerita Si Doel jauh sebelum Si Doel the Movie tayang. Bahkan, tak sedikit yang meminta agar beberapa adegan sinetron diulang lagi dalam filmnya.     

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau