Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Leila S Chudori
Penulis & Wartawan

Penulis, Wartawan, Host Podcast "Coming Home with Leila Chudori"

Coming Home with Leila Chudori: Buku, Film, dan Kecemasan Pembaca

Kompas.com - 27/05/2020, 10:07 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Problem "imaji pembaca" versus "imaji sutradara" (yang juga sering bertentangan dengan keinginan produser) adalah salah satu hal yang sering sekali menjadi protes pembaca fanatik buku-buku yang diangkat menjadi film.

Mengapa Virginia Woolf cantik banget? Demikian gerutu calon penonton jauh sebelum beredarnya film "The Hours" karya Stephen Daldry yang mengangkat sastrawan Virginia Woolf dan menampilkan Nicole Kidman sebagai Woolf.

Mengapa Soe Hok Gie ganteng dan bule? Demikian pula gerutu pembaca "Catatan Seorang Demonstran" ketika Miles Films memilih Nicholas Saputra sebagai Gie.

Kok Jack Reacher kecil? Demikian pula pembaca serial Lee Child yang menggambarkan Reacher sebagai seorang veteran bertubuh gigantik, sementara sutradara Christopher McQuarrie menampilkan Tom Cruise yang secara fisik sebetulnya tidak memenuhi deksripsi Lee Child maupun imajinasi pembaca umumnya.

Pada akhirnya, ketika film selesai, barulah disadari bahwa kemiripan fisik memang bukan sesuatu yang paling utama.

Ketika seni peran yang ditampilkan para pemain bisa meyakinkan, maka penonton akan larut dan "melupakan" bahwa Jack Reacher seharusnya bertubuh raksasa seperti yang digambarkan penulisnya.

Baik sutradara Joko Anwar, aktris Dian Sastrowardoyo dan produser Mira Lesmana sama-sama menekankan betapa novel dan film adalah dua medium yang berbeda.

Mereka paham betapa novel mengandalkan kekuatan kata-kata sementara film adalah sebuah medium visual.

Dalam podcast ini, Joko Anwar, yang mengangkat novel thriller karya Sekar Ayu Asmara, menjelaskan mengapa perubahan yang dia lakukan ke layar lebar sangat besar dan nyaris seperti merombaknya.

"Novel itu memiliki elemen surealisme yang kental, sedangkan saya mencoba membumikan elemen horor itu ke dalam tokoh-tokohnya, bukan ke dalam genre," katanya.

Adapun Dian Sastrowardoyo, yang memerankan tokoh Kartini maupun Aruna untuk film "Aruna dan Lidahnya", mengaku bahwa buku-buku yang mendasari film tersebut sangat penting.

"Yang paling menantang mungkin tokoh Kartini, dan mas Hanung meminta saya membaca 'Panggil Saya Kartini' karya Pramoedya Ananta Toer karena dia ingin saya memahami Kartini sebagai seorang manusia, perempuan, jadi belum sebagai seseorang yang menulis surat dengan bahasa yang cerdas yang selama ini dikenal pembaca," kata Dian.

Episode "Books to Movies" ini bisa Anda dengarkan di Spotify Leila S Chudori.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau