Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Leila S Chudori
Penulis & Wartawan

Penulis, Wartawan, Host Podcast "Coming Home with Leila Chudori"

Coming Home with Leila Chudori: Mira Lesmana dan Budiman Sudjatmiko Berkata tentang Arief Budiman

Kompas.com - 03/06/2020, 07:04 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Arief menjawab saya bebas menulis apa saja karena itu sudah menjadi milik publik.

Berbeda dengan perkenalan saya dengan Arief Budiman yang hanya selintas dan pertemuan di sana-sini jika kebetulan beliau di Jakarta, dua narasumber saya mengenalnya lebih dekat dan dalam.

Dalam podcast episode "In Memoriam Arief Budiman" ini, Anda bisa mendengar produser Mira Lesmana mewawancarai Arief Budiman beberapa kali karena dia dan Riri Riza sudah lama ingin mengangkat sosok Soe Hok Gie, adik Arief Budiman, ke layar lebar.

Sekali lagi, kepada Mira pun, Arief sangat membebaskan kedua sineas itu untuk menafsir kehidupan Gie yang kemudian diperankan oleh Nicholas Saputra itu.

"Bagi saya, baik tulisan maupun ucapan Pak Arief selalu clear, selalu jelas dan runut. Meski dia mencoba menjelaskan sesuatu yang rumit, dia bisa menyampaikannya dengan gamblang. Itu keistimewaan yang jarang dimiliki kalangan akademik lain," kata Mira.

Adapun Budiman Sudjatmiko mengaku mengenal Arief Budiman di saat dia masih duduk di SMA, melalui disertasi Arief yang di masa itu masih dalam bahasa Inggris.

Disertasi itu sedemikian populernya hingga difotokopi dan didistribusikan di kalangan aktivis. Disertasi yang kelak diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan diterbitkan menjadi "Jalan Demokrasi ke Sosialisme: Pengalaman Chile di Bawah Allende" (1986) itu secara rinci mengulas Chile di bawah pemerintah Allende dan bagaimana ia ditumbangkan dengan peran besar AS.

"Disertasi ini yang menjadi pelajaran bagi kami bagaimana Chile berupaya untuk menjadi sebuah negara yang demokratis, dan mengapa bisa gagal," demikian Budiman memberi analisisnya dalam podcast ini.

Bukan hanya sekadar membaca, tetapi kelompok mahasiswa di zamannya juga rajin berkunjung ke rumah Arief di Salatiga dan berdiskusi soal peristiwa politik yang saat itu tengah mencekam, termasuk peristiwa Kedungombo.

"Dia salah satu sosok yang penting untuk para aktivis di masa itu," kata Budiman.

Mira Lesmana juga menambahkan bahwa Arief tak hanya berjasa besar dalam pembuatan film Gie, tetapi juga untuk proyek besar Miles Film yang masih dalam taraf riset tentang Chairil Anwar.

Mereka juga menggunakan skripsi sarjana psikologi Universitas Indonesia milik Arief Budiman sebagai salah satu sumber pustaka. "Skripsinya itu sudah dibukukan berjudul Chairil Anwar: Sebuah Pertemuan (Pustaka Jaya, 1976)," kata Mira.

Perbincangan dengan Budiman Sudjatmiko dan Mira Lesmana tentang Arief Budiman bisa Anda dengarkan mulai hari ini melalui Spotify di tautan ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau