Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bambang Asrini Widjanarko
Kurator seni

Kurator seni, esais isu-isu sosial budaya, aktivis, dan seorang guru. Kontak: asriniwidjanarko@gmail.com

Entang Wiharso dan Lansekap Fisik, Psikologi, serta Fenomena

Kompas.com - 08/12/2020, 20:36 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Proyek karya baru yang didukung oleh program fellowship dari John Simon Gugenheim Memorial Foundation pada Juni 2019-Juni 2020 di New York, AS memampukan Entang meneliti, dengan melihat dirinya sendiri sebagai pengalaman yang sangat privat.

Kemudian mencari dan berupaya menemukan dengan mengamati serta memahami lebih mendalam bagaimana sebuah tempat atau geografi sebuah lokasi berelasi dengan sejarah, topografi fisik sampai peristiwa-peristiwa fenomenal berkonteks politik.

Baca juga: Sebut Putra Sulungnya Berbakat di Seni, Soimah Tak Paksa Ikuti Jejaknya

“Saya tahu bahwa begitu banyak konflik politik tahun-tahun terakhir ini di Amerika, dari isu rasial, gerakan black lives matter sampai bahkan mungkin gejala xenophobia dengan sebutan kuasa white supremacy itu”, katanya.

“Ini yang yang membuat saya mencoba menyusuri masa lalu tentang sejarah Amerika, melihat jejak-jejak civil war, sejarah budaya dan seni, juga potensi traumatik tentang isu perbudakan masa lalu sekaligus rekonsiliasi sampai terbentuknya negara demokrasi terbesar sejagat ini” imbuh Entang.

Ia membayangkan karyanya sejak 2009 lalu, yakni instalasi anggun Temple of Hope sebagai model awal, dengan menawarkan serial lanjutan terbarunya tentang Tunnel of Light, 2020.

Seperti energi spiritual-transedensi yang divisualkan oleh instalasi raksasa—kelak jika terbangun secara empirik-- dengan dinding-dinding yang terukir ikon-ikon dekorasi Jawa-Bali dengan tiga lorong yang ditaburi cahaya dari dalam.

“Proyek yang disponsori oleh Yayasan Gugenheim saya visikan bisa terealisasi di masa depan dengan instalasi raksasa yang riil. Sebab saya telah membuat proyek penelitian panjang selama setahun dan kemudian hasilnya adalah presentasi visual model seperti yang kita saksikan dalam Bincang Virtual dan Presentasi Visual Desember ini,” katanya menambahkan.

Entang juga menampilkan materi-materi baru, seperti "Glitter", dalam The Camouflage Series (2020), yang menurutnya adalah materi yang sempurna untuk mengekspresikan ide-ide tentang yang palsu dan nyata, persepsi dan asumsi, serta tak pelak: identitas.

Entang Wiharso yang membangun keluarga secara birasial dan otomatis mengadopsi keyakinan multikultural selalu gelisah menyoal identitas dan realitas yang dialami di Amerika.

“Saya hidup dengan keluarga, bertetangga dengan sangat baik dengan komunitas masyarakat di sana, kita saling mendukung," katanya. Tapi, realitas politik di sana berbeda, bahwa sejarah memberi petunjuk selain kondisi politik yang begitu banyak pertentangan ideologi pada masa lalu yang mengunggulkan ras asli.

“Yang justru, fenomena ini memberi sumbangsih besar sebagai semacam upaya reflektif dalam karya-karya saya,” ujar Entang.

Tatkala pandemi tiba, wabah Covid-19 ini menciptakan mass chaos untuk sementara waktu, yang gegap-gempita dengan angka tertinggi kini melampaui 10 juta jiwa terinfeksi di AS. Entang mengaku pada penulis, ia menemukan begitu banyak jalan alternatif menyikapinya.

Ia dituntun secara nalar sekaligus spiritual bahwa ia harus memilah dan memilih materi berkarya, terus membangun daya nalar kritis yang dikembangkan menghadapi hoaks di internet dan peristiwa-peristiwa mengerikan yang disiarkan saluran televisi privat di Amerika Serikat.

“Saya menemukan bentuk bunga, kebun halaman belakang rumah sampai metafor yang kaya bahwa pandemi 9 bulan adalah saat kita merenungi segala yang hingar-bingar di luar dengan hal-hal kecil yang sebenarnya indah, di dalam hati kita untuk berdamai tanpa menafikan kita terus menemukan apa yang terbaik bagi hidup kita,” kata Entang.

Karya-karya yang sejenis kemudian berhamburan keluar, di studionya Black Goat Studio yang di Rhode Island, AS memberi dia kesempatan juga menemukan karya-karya lukisan digital atau karya lamanya selama dua tahun, yakni: City on The Move (2019-2020).

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau