Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Coldplay: Untuk Kita yang Merayakan Mimpi

Kompas.com - 02/04/2017, 20:30 WIB

Namun, mereka memberi perhatian lebih pada melodi dan emosi. Mereka menyentuh emosi penggemar mereka melalui lagu, lalu membangun ikatan emosional lebih kuat lewat konser mereka.

Diremehkan
Di awal kemunculannya, band yang dibentuk pada September 1996 saat Chris dan Johnny bertemu di kampus mereka, Universitas College, London, ini menerima banyak kecaman. Musik mereka dinilai tak sesuai dengan lanskap permusikan kala itu.

Coldplay juga dinilai tidak memenuhi standar musik yang dimainkan bintang-bintang rock. Media pun meremehkan mereka.

Seolah tak hirau dengan suara-suara negatif di sekitar mereka, Coldplay yang sejak pertama kali dibentuk, hampir 21 tahun, tak pernah berganti personel justru makin produktif menghasilkan karya.

Saat mereka sibuk menggelar rangkaian tur seperti saat ini, Coldplay bahkan merilis mini album dengan singel "Hypnotised".

Setelah merilis album perdana mereka, Parachutes, yang meroketkan singel "Yellow" dan menduduki posisi terhormat di jajaran lagu teratas Inggris, Coldplay merilis album A Rush of Blood to the Head.

Tak lama kemudian, album ketiga, X & Y, pun lahir. Album ini menjadi the best-selling album of the year, dengan angka penjualan mencapai 8,3 juta kopi di seluruh dunia dan menduduki posisi nomor satu di daftar lagu teratas yang ada di 20 negara.

Tahun 2007, Coldplay menggelar tur ke Amerika Latin dan merilis album keempat mereka, Viva la Vida or Death and All His Friends pada Juni 2008.

Album ini meledak hebat, salah satu album yang terjual paling cepat dalam sejarah di Inggris Raya, sekaligus menjadi the best-selling album of the year dan merajai jajaran lagu-lagu teratas di seluruh dunia.

Album kelima Coldplay, Mylo Xyloto dirilis pada 2011, disusul album keenam, Ghost Stories pada 2014. Album ini lagi-lagi juga menduduki posisi teratas di jajaran lagu di Inggris dan Amerika.

Album ketujuh mereka, A Head Full Of Dreams menjadi album ke-8 paling laku di tahun 2015 dengan penjualan mencapai 1,9 juta kopi di seluruh dunia.

Hingga 2016, Coldplay tercatat telah menjual 80 juta album rekaman di seluruh dunia dan menyabet berbagai penghargaan termasuk Grammy dan Brit Awards.

Meski lagu-lagu Coldplay didominasi lirik-lirik yang berkaitan dengan hal-hal personal, seperti cinta dan patah hati, band ini tetap peduli pada isu global.

Mereka antara lain terlibat dalam kampanye fair trade Oxfam's Make Trade Fair. Mereka juga menunjukkan kepedulian pada isu-isu lingkungan dengan bergabung dalam kampanye Future Forests dan menolak penggunaan lagu-lagu mereka untuk keperluan komersial.

Bagi mereka, tak penting ada yang tak menyukai musik mereka. Mereka memilih memberi perhatian kepada hal-hal berguna dan fokus pada yang mencintai dan menghargai kerja mereka.

"Kami memilih dekat dengan orang-orang ini," ujar Martin. Mereka adalah orang-orang yang di kepalanya punya banyak mimpi untuk melakukan yang terbaik. (DWI AS SETIANINGSIH)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 2 April 2017, di halaman 17 dengan judul "Untuk Kita yang Merayakan Mimpi".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com